2 tahun yag lalu.
Chansung berlari disepanjang
koridor rumah sakit tanpa memperdulikan air mata yang entah sejak kapan membasahi
wajahnya. Dia bahkan mengabaikan sakit dikaki kanannya yang dulu pernah terluka
karena kecelakaan. Hingga akhirnya dia melihat seseorang yang dia kenal tengah
menangis di depan pintu UGD.
“Hae In…” Chansung mendekat dengan lemas. Gadis
remaja yang masih memakai seragam sekolah itu menoleh, memperlihatkan wajah
cantiknya yang terlihat kacau karena menangis.
“Oppa…!” Chansung tidak bergerak saat gadis itu
merengkuhkan kedua tangannya dengan kuat, dan mulai menangis tanpa kendali
dipelukannya. “Kenapa Oppa begitu terlambat? Harusnya Oppa mencegah Eonni
melakukannya… Harusnya Oppa bisa melakukan sesuatu.. Tapi kenapa Oppa sekarang
begitu dingin?”
“Ceritakan…” Chansung menarik In Hae agar
melepaskannya. “Ceritakan apa yang terjadi!” Dia nyaris berteriak karena
perasaan marah dan sedih yang berkecamuk dihatinya, membuat dadanya terasa
begitu perih. Tapi tepat sebelum Hae In membuka mulutnya untuk berbicara, pintu
dibelakang mereka terbuka, dan Chansung melihat tubuh kekasihnya yang tak lagi
bernyawa dibawa keluar oleh beberapa perawat bersama kedua orang tua Hae In. “Hae
Ra…” Chansung tidak yakin, tapi dia sengaja menahan branker yang membawa tubuh
mati itu, dan menarik kain penutupnya dengan takut.
“Oppa!” Hae In berteriak marah saat melihat Chansung
menjauh begitu dia melihat wajah pucat eonni-nya. “Apa Oppa benar-benar
sepengecut itu?! Eonni meninggal saat dia berusaha menggugurkan kandungannya
dan hal itu dia lakukan karena Oppa! Kalau saja Oppa bisa menerima keadaannya…”
“Tidak…” Chansung menyela tanpa benar-benar tau apa
yang dia katakan. “Tidak mungkin…”
“Eonni hamil bukan karena kesalahannya…” suara Hae
In putus asa. “Dia hanya ingin terus bersama Oppa…”
“Hae Ra!” suara panik lain terdengar dari belakang.
Chansung menoleh kearah suara tadi, dan melihat Junho berlari kearah mereka.
“Oppa, jangan!” Hae In tau apa yang akan Chansung
lakukan saat dia melihat Chansung memaksakan kaki kanannya yang sakit untuk
menghampiri Junho. Tapi melihat tatapan marah dari mata sedih Chansung, dia
tidak yakin ada yang bisa menghentikan pria itu.
Junho berhenti saat Chansung dengan sengaja
menghalangi jalannya, dan merasa ragu
untuk mendorong Chansung pergi setelah dia melihat kaki kanan Chansung yang
tadi membuat pria itu berjalan dengan tidak normal saat menghampirinya.
“Haruskah aku memukulmu untuk membuatmu menyingkir dari jalanku?”
Chansung memberi jawaban yang jelas lewat pukulan
tangannya yang dengan keras menghantam wajah Junho, dan sebelum Junho bisa
berkutik, dia meneruskan dengan tinju yang sama diwajah orang yang telah
membuat kekasihnya hamil, meskipun Junho adalah sahabatnya. Dia mungkin bisa menahan
perasaan marah itu kemarin, tapi setelah perasaan yang dia korbankan dengan
melepas Hae Ra untuk bersama Junho hanya berakhir seperti ini, dia sudah tidak
tahan lagi.
“Ini tidak adil.” Junho menahan pukulan Chansung
yang terakhir. “Jika kamu melakukan ini karena sedih, berarti aku juga berhak
untuk melakukan hal yang sama.” Dia membalas dengan pukulan yang sama diwajah
Chansung, dan langsung membuat Chansung terjatuh karena kaki kanannya yang
tidak mampu lagi untuk membuatnya berdiri. Karena tau keadaan itu, Junho
akhirnya menahan pukulan keduanya sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.
“Kenapa?” Chansung tersenyum saat air mata kembali
mengalir diwajahnya. “Apa aku harus bersyukur karena kaki cacat ini
menyelamatkanku?”
“Diam!” Junho memberikan satu pukulan lagi di tempat
yang sama. Membuat darah keluar dari ujung bibir Chansung. Dia harusnya bisa
melakukan lebih, dia bisa membalas Chansung lebih dari dua pukulan. Tapi dia tidak bisa membuang
ingatan saat Chansung menyelamatkannya dari kecelakaan 7 tahun yang lalu, yang
akhirnya membuat kaki kanan Chansung terluka. Kalau saja dia bisa, mungkin dulu
dia bisa mendekati Hae Ra sebelum Chansung yang melakukannya, dan tidak harus
merasa bersalah lagi karena merebut Hae Ra dengan cara yang tidak pantas.
“Apa yang kalian lakukan?” sekelompok petugas
keamanan muncul dan menahan keduanya.
….
Aku membanting tasku
dengan cukup keras saat duduk disebelah Oppa yang masih setengah tidur di meja
server, dan langsung membuat Khun Oppa terjaga karenanya.
“Ada apa?” Oppa
bertanya dengan bingung.
“Tidak pa-pa. Tidur
lagi sana!” aku menyuruh tanpa merasa bersalah.
“Apa acara kencanmu
gagal?” Oppa lebih tertarik untuk mengintrogasiku dari pada meneruskan
tidurnya. “Apa dia tidak menyukaimu lalu membuangmu dijalan?”candanya
“Oppa!” aku jengkel,
tapi entah kenapa pipiku tiba-tiba terasa basah.
“Itu tidak mungkin
terjadi, kan?” Oppa menarik kursinya untuk mendekatiku. “Apa pria itu
menyakitimu?” dan meskipun aku tidak tau alasan kenapa air mata itu jatuh, aku
bersyukur karena air mata itu muncul, sehingga sekarang aku bisa merasakan
pelukan Oppa yang berusaha menenangkanku. “Mianhae, Eunjung-ah. Karena Oppa
yang membuatmu pergi…”
Aku melihat kepala-kepala berambut panjang
muncul dari balik bilik dan kemudian suara-suara samar yang terdengar semakin
ribut dari bilik perempuan.
“Ya—Nichkhun!”jeritan
tragis terdengar dari arah pintu. Oppa dengan gugup melepaskanku, dan aku
segera menarik kursi sejauh mungkin dari Sohee Eonni yang bisa saja langsung
menarik rambutku. Kejadian itu pernah terjadi soalnya. “Apa kalian memang perlu
bermesraan seperti itu?” Sekarang kepala-kepala yang mengintip itu tidak lagi
pura-pura bersembunyi. Mereka benar-benar berdiri untuk melihat keributan yang
terjadi.
“Aa… begini…” Oppa
berdiri untuk mendekati pacarnya. “Aku hanya berusaha menghibur Eunjung karena
dia sedang dalam masalah.”
“Dia kan selalu penuh
dengan masalah! Apa Oppa harus selalu menghiburnya dengan cara seperti itu?”
Heol. Kata-katanya
sangat menyentuh amarahku. Aku ingin membuka mulut untuk membalas, tapi sesuatu
yang lain membuatku tersedak.
“Eunjung-ssi.” Chansung
berjalan masuk dengan senyum ramah palsunya. “Bagaimana kamu bisa kabur saat
kita sedang berkencan?”
Sohee Eonni terlihat
terpana sebentar, tapi kemudian matanya kembali berkilat saat melihat aku
mendekat kearah Oppa.
“Maaf.” Tanpa aku duga
Oppa sudah melangkah kedepan Chansung. “Aku tidak akan membiarkanmu membawa
Eunjung sebelum kamu menjelaskan alasan kenapa dia menangis.”
“Dia menangis?”
Chansung tertawa pelan. “Aku tidak yakin kalau alasan yang membuat dia menangis
itu aku.” Kata-katanya terdengar sinis. Dia menyebalkan. Tapi tatapannya
membuatku takut kalau dia akan membongkar semuanya disini, di depan Oppa,
tentang perasaan yang seharusnya tidak aku miliki.
“Chansung-ssi. Ayo
pergi.” Aku mengambil langkah berbahaya untuk menjauhkan Chansung dari Oppa
sekarang.
“Tunggu!” disaat aku
dengan tangan yang bergetar meraih tangan Chansung, Oppa menahanku dengan
meraih tanganku yang lain. “Aku akan ikut.”
“Apa yang—” Sohee ingin
protes. Tapi saat Nichkhun merangkulnya, dia akhirnya luluh.
“Tidak masalah.”
Rasanya seperti sebuah setrum mengalir ditubuhku saat Chansung melepas
tanganku, tapi kemudian dia merangkulkan salah satu tangannya seperti yang Oppa
lakukan pada Sohee eonni sekarang.
Kenapa yang terjadi
malah kencan ganda yang tidak terduga seperti ini? Hebat. Untungnya semua
pelanggan yang ada di warnet saat itu adalah fans Oppa, jadi tidak ada masalah
ketika warnet tiba-tiba harus di tutup agar kami bisa berkencan selama si
pemilik tidak tau.
“Apa kamu benar-benar
menangis karena pria menyedihkan itu?” Chansung bertanya saat dia membukakan
pintu mobilnya untuk mempersilahkanku masuk. Tidak. Dia sedang memaksaku secara
halus. Dia pasti tau kalau aku membutuhkan dia untuk menjaga apa yang telah
kujaga selama 10 tahun ini. Menjaga Oppa agar tetap berada disisiku. Sial.
“Siapa yang kamu sebut
menyedihkan?” aku membalas setelah Chansung masuk ke mobil dan duduk
disebelahku. Entah bagaimana aku bisa tau kalau Oppa terus memperhatikan kami
dari belakang, dari mobil yang dia kendarai bersama Sohee eonni. “Apa kamu
tidak sadar kalau kamu lebih menyedihikan?”
“Benarkah?” Chansung
mulai menyalakan mesin mobilnya. “Sebenarnya bukan karena aku menyukai
cara-cara kotor. Aku hanya sedikit terobsesi.”
Aku berharap ada
kata-kata penjelas sehingga aku tidak terlalu penasaran seperti ini. Tapi aku
terlalu gengsi juga untuk bertanya. Sejauh ini aku hanya tau kalau pria ini
memanfaatkanku untuk sesuatu yang tidak ku ketahui. Aku benar-benar ingin
memukul kepalanya.
“Maaf tentang ucapanku
tadi.” Chansung tiba-tiba bersuara lagi, setelah 5 menit berlalu kami duduk
bersama di dalam mobil. “Aku memang sengaja mengatakannya karena aku tau kamu
gadis yang kuat.”
Heol. Apa aku terlihat
sejantan itu sampai dia yakin aku akan tetap kuat setelah dia mengatakan hal-hal
yang menyakitkan seperti tadi?
“Apakah sekarang sudah
dimulai?” tanyaku acuh. “Saat kamu bilang kamu akan membuatku menyukaimu. Apa
sekarang kamu sudah memulainya?”
Dia tertawa lagi. Sial.
Kenapa dia selalu tertawa seperti itu sih? Dia pasti sadar kalau dia memang
terlihat sangat mempesona saat tertawa.
“Ya. Aku sudah
memulainnya. Dan kamu akan semakin goyah.”
Sumpah dia terlalu
percaya diri!
“Kamu tidak akan
berhasil.”
“Benarkah?” dia tidak
percaya, dan masih mempertahankan senyum yang seperti dia tunjukkan untuk
menggoyahkanku. “Tapi bagaimana ya… Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis
yang memiliki perasaan terlarang berkeliaran mengganggu pasangan lain.”
Dia terlalu memandang
rendah diriku. Sial. Aku tidak bisa berhenti mengumpat dalam hati.
“Lagi pula, apa yang
istimewa dari pria pengangguran seperti itu?”
“Dia seorang tool man.
Bukan pengangguran.” Aku meralat dengan tersinggung. “Kami sudah berteman sejak
di sekolah dasar. Dia tampan, baik, sopan, dan bisa menghargai perasaan orang
lain. Untuk pria seperti dialah aku rela menyakiti hatiku agar tetap bisa
bersamanya. Dan perasaan yang seperti itu, kamu tidak akan pernah bisa
mengubahnya, Chansung-ssi. Jadi menyerahlah.”
Chansung tiba-tiba
menghentikan mobil secara mendadak. Suara decitan mobil yang lebih keras dari
arah belakang diikuti suara benturan yang cukup keras membuatku takut, dan
dengan panik aku menoleh kebelakang, untuk melihat apakah Oppa baik-baik saja.
Mobil Oppa menabrak mobil yang berada tepat dibelakang kami saat mobil itu ikut
berhenti secara mendadak. Tapi lebih dari apapun, aku lega melihat Oppa
berjalan turun dari mobil meskipun dia terlihat benar-benar marah.
“Aku pernah mendengar
alasan yang sama dari wanita yang dulu ku kenal. Kata-kata seperti ‘Aku akan
melakukan apapun untuk tetap bisa bersamamu, meskipun hal itu
menyakitiku’.” Aku melihat sesuatu yang
berbeda terpancar dari mata Chansung. “Aku benci alasan bodoh itu.”
Aku takut. Aku ingin
berlari keluar sekarang, tapi Chansung dengan sengaja mengunci pintu
dibelakangku, dan sebelum otakku bekerja untuk mencari jalan lain, dia
tiba-tiba menciumku. Aku bisa merasakan bibirnya menyentuh bibirku dengan
lembut, dan tangannya dengan kuat menahanku sehingga aku tidak mampu berkutik.
Preview Next Part:
“Bersikap seolah hanya
kamu yang bisa membuat Eunjung bahagia, apakah itu membuatmu senang?” aku tidak
percaya Chansung akan mengatakan hal itu pada Oppa. “Kamu bahkan tidak tau apa
yang paling Eunjung inginkan…”
“Apa maksudmu?”
Matilah aku!!
PART 4 : About My
Feeling
0 komentar:
Posting Komentar