Rabu, 30 September 2015

LOVE IS SIMPLE PART.03 – Masa Lalu Chansung

Dluri



2 tahun yag lalu.
Chansung berlari disepanjang koridor rumah sakit tanpa memperdulikan air mata yang entah sejak kapan membasahi wajahnya. Dia bahkan mengabaikan sakit dikaki kanannya yang dulu pernah terluka karena kecelakaan. Hingga akhirnya dia melihat seseorang yang dia kenal tengah menangis di depan pintu UGD.
“Hae In…” Chansung mendekat dengan lemas. Gadis remaja yang masih memakai seragam sekolah itu menoleh, memperlihatkan wajah cantiknya yang terlihat kacau karena menangis.
“Oppa…!” Chansung tidak bergerak saat gadis itu merengkuhkan kedua tangannya dengan kuat, dan mulai menangis tanpa kendali dipelukannya. “Kenapa Oppa begitu terlambat? Harusnya Oppa mencegah Eonni melakukannya… Harusnya Oppa bisa melakukan sesuatu.. Tapi kenapa Oppa sekarang begitu dingin?”
“Ceritakan…” Chansung menarik In Hae agar melepaskannya. “Ceritakan apa yang terjadi!” Dia nyaris berteriak karena perasaan marah dan sedih yang berkecamuk dihatinya, membuat dadanya terasa begitu perih. Tapi tepat sebelum Hae In membuka mulutnya untuk berbicara, pintu dibelakang mereka terbuka, dan Chansung melihat tubuh kekasihnya yang tak lagi bernyawa dibawa keluar oleh beberapa perawat bersama kedua orang tua Hae In. “Hae Ra…” Chansung tidak yakin, tapi dia sengaja menahan branker yang membawa tubuh mati itu, dan menarik kain penutupnya dengan takut.
“Oppa!” Hae In berteriak marah saat melihat Chansung menjauh begitu dia melihat wajah pucat eonni-nya. “Apa Oppa benar-benar sepengecut itu?! Eonni meninggal saat dia berusaha menggugurkan kandungannya dan hal itu dia lakukan karena Oppa! Kalau saja Oppa bisa menerima keadaannya…”
“Tidak…” Chansung menyela tanpa benar-benar tau apa yang dia katakan. “Tidak mungkin…”
“Eonni hamil bukan karena kesalahannya…” suara Hae In putus asa. “Dia hanya ingin terus bersama Oppa…”
“Hae Ra!” suara panik lain terdengar dari belakang. Chansung menoleh kearah suara tadi, dan melihat Junho berlari kearah mereka.
“Oppa, jangan!” Hae In tau apa yang akan Chansung lakukan saat dia melihat Chansung memaksakan kaki kanannya yang sakit untuk menghampiri Junho. Tapi melihat tatapan marah dari mata sedih Chansung, dia tidak yakin ada yang bisa menghentikan pria itu.
Junho berhenti saat Chansung dengan sengaja menghalangi jalannya,  dan merasa ragu untuk mendorong Chansung pergi setelah dia melihat kaki kanan Chansung yang tadi membuat pria itu berjalan dengan tidak normal saat menghampirinya. “Haruskah aku memukulmu untuk membuatmu menyingkir dari jalanku?”
Chansung memberi jawaban yang jelas lewat pukulan tangannya yang dengan keras menghantam wajah Junho, dan sebelum Junho bisa berkutik, dia meneruskan dengan tinju yang sama diwajah orang yang telah membuat kekasihnya hamil, meskipun Junho adalah sahabatnya. Dia mungkin bisa menahan perasaan marah itu kemarin, tapi setelah perasaan yang dia korbankan dengan melepas Hae Ra untuk bersama Junho hanya berakhir seperti ini, dia sudah tidak tahan lagi.
“Ini tidak adil.” Junho menahan pukulan Chansung yang terakhir. “Jika kamu melakukan ini karena sedih, berarti aku juga berhak untuk melakukan hal yang sama.” Dia membalas dengan pukulan yang sama diwajah Chansung, dan langsung membuat Chansung terjatuh karena kaki kanannya yang tidak mampu lagi untuk membuatnya berdiri. Karena tau keadaan itu, Junho akhirnya menahan pukulan keduanya sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.
“Kenapa?” Chansung tersenyum saat air mata kembali mengalir diwajahnya. “Apa aku harus bersyukur karena kaki cacat ini menyelamatkanku?”
“Diam!” Junho memberikan satu pukulan lagi di tempat yang sama. Membuat darah keluar dari ujung bibir Chansung. Dia harusnya bisa melakukan lebih, dia bisa membalas Chansung lebih dari  dua pukulan. Tapi dia tidak bisa membuang ingatan saat Chansung menyelamatkannya dari kecelakaan 7 tahun yang lalu, yang akhirnya membuat kaki kanan Chansung terluka. Kalau saja dia bisa, mungkin dulu dia bisa mendekati Hae Ra sebelum Chansung yang melakukannya, dan tidak harus merasa bersalah lagi karena merebut Hae Ra dengan cara yang tidak pantas.
“Apa yang kalian lakukan?” sekelompok petugas keamanan muncul dan menahan keduanya.
….
Aku membanting tasku dengan cukup keras saat duduk disebelah Oppa yang masih setengah tidur di meja server, dan langsung membuat Khun Oppa terjaga karenanya.
“Ada apa?” Oppa bertanya dengan bingung.
“Tidak pa-pa. Tidur lagi sana!” aku menyuruh tanpa merasa bersalah.
“Apa acara kencanmu gagal?” Oppa lebih tertarik untuk mengintrogasiku dari pada meneruskan tidurnya. “Apa dia tidak menyukaimu lalu membuangmu dijalan?”candanya
“Oppa!” aku jengkel, tapi entah kenapa pipiku tiba-tiba terasa basah.
“Itu tidak mungkin terjadi, kan?” Oppa menarik kursinya untuk mendekatiku. “Apa pria itu menyakitimu?” dan meskipun aku tidak tau alasan kenapa air mata itu jatuh, aku bersyukur karena air mata itu muncul, sehingga sekarang aku bisa merasakan pelukan Oppa yang berusaha menenangkanku. “Mianhae, Eunjung-ah. Karena Oppa yang membuatmu pergi…”
 Aku melihat kepala-kepala berambut panjang muncul dari balik bilik dan kemudian suara-suara samar yang terdengar semakin ribut dari bilik perempuan.
“Ya—Nichkhun!”jeritan tragis terdengar dari arah pintu. Oppa dengan gugup melepaskanku, dan aku segera menarik kursi sejauh mungkin dari Sohee Eonni yang bisa saja langsung menarik rambutku. Kejadian itu pernah terjadi soalnya. “Apa kalian memang perlu bermesraan seperti itu?” Sekarang kepala-kepala yang mengintip itu tidak lagi pura-pura bersembunyi. Mereka benar-benar berdiri untuk melihat keributan yang terjadi.
“Aa… begini…” Oppa berdiri untuk mendekati pacarnya. “Aku hanya berusaha menghibur Eunjung karena dia sedang dalam masalah.”
“Dia kan selalu penuh dengan masalah! Apa Oppa harus selalu menghiburnya dengan cara seperti itu?”
Heol. Kata-katanya sangat menyentuh amarahku. Aku ingin membuka mulut untuk membalas, tapi sesuatu yang lain membuatku tersedak.
“Eunjung-ssi.” Chansung berjalan masuk dengan senyum ramah palsunya. “Bagaimana kamu bisa kabur saat kita sedang berkencan?”
Sohee Eonni terlihat terpana sebentar, tapi kemudian matanya kembali berkilat saat melihat aku mendekat kearah Oppa.
“Maaf.” Tanpa aku duga Oppa sudah melangkah kedepan Chansung. “Aku tidak akan membiarkanmu membawa Eunjung sebelum kamu menjelaskan alasan kenapa dia menangis.”
“Dia menangis?” Chansung tertawa pelan. “Aku tidak yakin kalau alasan yang membuat dia menangis itu aku.” Kata-katanya terdengar sinis. Dia menyebalkan. Tapi tatapannya membuatku takut kalau dia akan membongkar semuanya disini, di depan Oppa, tentang perasaan yang seharusnya tidak aku miliki.
“Chansung-ssi. Ayo pergi.” Aku mengambil langkah berbahaya untuk menjauhkan Chansung dari Oppa sekarang.
“Tunggu!” disaat aku dengan tangan yang bergetar meraih tangan Chansung, Oppa menahanku dengan meraih tanganku yang lain. “Aku akan ikut.”
“Apa yang—” Sohee ingin protes. Tapi saat Nichkhun merangkulnya, dia akhirnya luluh.
“Tidak masalah.” Rasanya seperti sebuah setrum mengalir ditubuhku saat Chansung melepas tanganku, tapi kemudian dia merangkulkan salah satu tangannya seperti yang Oppa lakukan pada Sohee eonni sekarang.
Kenapa yang terjadi malah kencan ganda yang tidak terduga seperti ini? Hebat. Untungnya semua pelanggan yang ada di warnet saat itu adalah fans Oppa, jadi tidak ada masalah ketika warnet tiba-tiba harus di tutup agar kami bisa berkencan selama si pemilik tidak tau.
“Apa kamu benar-benar menangis karena pria menyedihkan itu?” Chansung bertanya saat dia membukakan pintu mobilnya untuk mempersilahkanku masuk. Tidak. Dia sedang memaksaku secara halus. Dia pasti tau kalau aku membutuhkan dia untuk menjaga apa yang telah kujaga selama 10 tahun ini. Menjaga Oppa agar tetap berada disisiku. Sial.
“Siapa yang kamu sebut menyedihkan?” aku membalas setelah Chansung masuk ke mobil dan duduk disebelahku. Entah bagaimana aku bisa tau kalau Oppa terus memperhatikan kami dari belakang, dari mobil yang dia kendarai bersama Sohee eonni. “Apa kamu tidak sadar kalau kamu lebih menyedihikan?”
“Benarkah?” Chansung mulai menyalakan mesin mobilnya. “Sebenarnya bukan karena aku menyukai cara-cara kotor. Aku hanya sedikit terobsesi.”
Aku berharap ada kata-kata penjelas sehingga aku tidak terlalu penasaran seperti ini. Tapi aku terlalu gengsi juga untuk bertanya. Sejauh ini aku hanya tau kalau pria ini memanfaatkanku untuk sesuatu yang tidak ku ketahui. Aku benar-benar ingin memukul kepalanya.
“Maaf tentang ucapanku tadi.” Chansung tiba-tiba bersuara lagi, setelah 5 menit berlalu kami duduk bersama di dalam mobil. “Aku memang sengaja mengatakannya karena aku tau kamu gadis yang kuat.”
Heol. Apa aku terlihat sejantan itu sampai dia yakin aku akan tetap kuat setelah dia mengatakan hal-hal yang menyakitkan seperti tadi?
“Apakah sekarang sudah dimulai?” tanyaku acuh. “Saat kamu bilang kamu akan membuatku menyukaimu. Apa sekarang kamu sudah memulainya?”
Dia tertawa lagi. Sial. Kenapa dia selalu tertawa seperti itu sih? Dia pasti sadar kalau dia memang terlihat sangat mempesona saat tertawa.
“Ya. Aku sudah memulainnya. Dan kamu akan semakin goyah.”
Sumpah dia terlalu percaya diri!
“Kamu tidak akan berhasil.”
“Benarkah?” dia tidak percaya, dan masih mempertahankan senyum yang seperti dia tunjukkan untuk menggoyahkanku. “Tapi bagaimana ya… Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis yang memiliki perasaan terlarang berkeliaran mengganggu pasangan lain.”
Dia terlalu memandang rendah diriku. Sial. Aku tidak bisa berhenti mengumpat dalam hati.
“Lagi pula, apa yang istimewa dari pria pengangguran seperti itu?”
“Dia seorang tool man. Bukan pengangguran.” Aku meralat dengan tersinggung. “Kami sudah berteman sejak di sekolah dasar. Dia tampan, baik, sopan, dan bisa menghargai perasaan orang lain. Untuk pria seperti dialah aku rela menyakiti hatiku agar tetap bisa bersamanya. Dan perasaan yang seperti itu, kamu tidak akan pernah bisa mengubahnya, Chansung-ssi. Jadi menyerahlah.”
Chansung tiba-tiba menghentikan mobil secara mendadak. Suara decitan mobil yang lebih keras dari arah belakang diikuti suara benturan yang cukup keras membuatku takut, dan dengan panik aku menoleh kebelakang, untuk melihat apakah Oppa baik-baik saja. Mobil Oppa menabrak mobil yang berada tepat dibelakang kami saat mobil itu ikut berhenti secara mendadak. Tapi lebih dari apapun, aku lega melihat Oppa berjalan turun dari mobil meskipun dia terlihat benar-benar marah.
“Aku pernah mendengar alasan yang sama dari wanita yang dulu ku kenal. Kata-kata seperti ‘Aku akan melakukan apapun untuk tetap bisa bersamamu, meskipun hal itu menyakitiku’.”  Aku melihat sesuatu yang berbeda terpancar dari mata Chansung. “Aku benci alasan bodoh itu.”
Aku takut. Aku ingin berlari keluar sekarang, tapi Chansung dengan sengaja mengunci pintu dibelakangku, dan sebelum otakku bekerja untuk mencari jalan lain, dia tiba-tiba menciumku. Aku bisa merasakan bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut, dan tangannya dengan kuat menahanku sehingga aku tidak mampu berkutik.
Preview Next Part:
“Bersikap seolah hanya kamu yang bisa membuat Eunjung bahagia, apakah itu membuatmu senang?” aku tidak percaya Chansung akan mengatakan hal itu pada Oppa. “Kamu bahkan tidak tau apa yang paling Eunjung inginkan…”
“Apa maksudmu?”
Matilah aku!!
PART 4 : About My Feeling

Dluri / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Templatelib